Pendapat ini dilontarkan oleh John Stewart, chief security officer (CSO) Cisco, saat berbicara di ajang AusCERT 2008 (Australia Computer Emergency Respond Team).
Menurut Steward, malware berkembang lebih cepat dibanding industri keamanan, sehingga mustahil untuk menangkalnya.
"Jika sudah menambal celah dan menggunakan antivirus yang menghabiskan uang, ternyata aku masih terinfeksi dan harus membersihkan komputer, recover data, instal ulang, dan sebagainya, ini hanya buang-buang duit," tegas Steward.
Menurutnya, infeksi virus telah menjadi hal yang lumrah bagi banyak perusahaan yang telah belajar untuk hidup bersama dengan virus-virus itu. Langkah terbaik adalah dengan menggunakan whitelist (daftar yang tidak ingin diblokir), sehingga hanya software yang memiliki izin yang dapat berjalan.
Pendapat ini disanggah oleh vendore software sekuriti. Gavin Struthers, regional director untuk McAfee Australia dan Selandia Baru, menilai walaupun menginstal antivirus dan meng-update tambalan bukanlah solusi yang sempurna, tapi ini bukanlah hal yang sia-sia. (sumber: detik)
www.ketok.com
Virus ini juga gentayangan di kantor-kantor pemerintah daerah di Inggris dan National Health Service (NHS) yang setiap harinya digunakan oleh ribuan orang untuk mengakses layanan lokal. Sekitar dua belas situs dewan daerah termasuk Hackney Council di London juga jadi incaran, sehingga membahayakan warga yang log on untuk membayar pajak.
Para ahli mengatakan bahwa virus ini tak seperti virus pada umumnya yang menyebar lewat e-mail atau situs-situs terlarang. Asprox secara diam-diam bersembunyi di situs mainstream, menanti untuk menginfeksi komputer orang-orang yang mengunjungi situs tersebut. Sekali menyerang, virus ini dapat digunakan pelaku untuk mengakses informasi penting dan mencuri file-file, e-mail dan password.
Sejauh ini, menurut penuturan para ahli sekuriti, virus ini telah menyerang sekitar dua juta komputer di seluruh dunia. Pada umumnya komputer yang diserang tersebut tidak dilindungi dengan sofware anti virus yang up to date.
Serangan virus ini tidak menampakkan tanda-tanda yang mencurigakan. Cracker yang menginfeksikan virus ini mengincar data personal korban untuk mencuri uang dari rekening milik korban.
"Ini merupakan serangan yang sangat serius. Tahun lalu saat komputer Anda diserang virus, Anda dapat dengan segera mengetahuinya, tapi sekarang Anda tidak melihat tanda-tanda bahwa komputer Anda telah terinfeksi virus," ujar Yuval Ben-Itzhak, chief technical officer dari Finjan, perusahaan sekuriti yang pertama mengekspos ancaman Asprox, seperti kami kutip dari detik dan Telegraph, Kamis (24/7/2008).
www.ketok.com
Satu lagi cerita baru dari sana, ternyata ada yang menjual software Microsoft palsu. Kali ini jaringannya sangat luas kata Microsoft. Menyangkut sindikat jaringan pemalsu software dan menyebar ke seluruh dunia.
Diperkirakan software palsu tersebut nilainya mencapai 2 milyar dollar (kerugian dari Microsoft). Sembilan belas produk Microsoft palsu dalam 11 bahasa lalu dijual sampai ke seluruh penjuru dunia. Seperti Windows Vista dan XP sampai Office 2007 dan 2003 dan Windows Server. Pemalsuan tersebut sudah teridentifikasi dan ditahan sejak Juli 2007.
FBI serta pemerintah China sudah menemukan bukti adanya pemalsuan software Microsoft. Lebih dari 100 penjual yang membantu penjualan mulai ditelusuri untuk menemukan sumber dan pencarian bukti lebih lanjut. Akhirnya 7 orang yang melakukan pembuat software palsu telah dikenakan hukuman antara 1 sampai 6 setengah tahun.
Pemimpin Microsoft China Fengming Liu mengatakan, perbaikan dari hak intelektual di China sudah banyak berubah. Tetapi software Microsoft memang populer, dan menjadi korban dari pembajakan.
www.ketok.com
Raksasa mesin cari Google, melakukan penelitian internal seputar situs-situs yang terinfeksi malware. Hasilnya cukup mengejutkan. Sebanyak 450 ribu situs dinyatakan terinfeksi malware.
Artinya adalah 1 dari tiap 10 situs mengandung malware yang mayoritas di antaranya mencoba mengeksploitasi komputer pemakai melalui browser Internet Explorer.
Dikutip detikINET dari Times Online, Selasa (15/5/2007), Google mengaku telah menganalisa sekitar 4,5 juta situs dan menemukan 450 ribu diantaranya menyimpan aplikasi keylogger yang mampu menangkap ketikan pengguna. Dari analisa tersebut, Google telah menginformasikan situs-situs yang diidentifikasi mengandung malware.
Laporan Google yang bertajuk "The Ghost in the Browser" menyimpulkan, rata-rata pengguna komputer jarang melindungi diri dari ancaman seperti malware. "Browser mereka bisa menjadi kendaraan bagus untuk malware," ujar laporan tersebut.
Google mengungkap, situs-situs yang disertai iklan adalah situs yang paling banyak terkontaminasi malware. Pasalnya, iklan-iklan tersebut kadang dimunculkan melalui jaringan pihak ketiga dan tidak dalam pengawasan pemilik situs.
Situs lain yang rawan malware adalah situs yang memungkinkan pengunjungnya untuk menyumbang kontennya seperti forum dan blog. Contoh lain, situs penghitung lalu lintas jaringan, yang dapat dikonfigurasi dengan mengeksploitasi komputer pengunjung.
Para pakar beranggapan, para pemilik situs tidak menyadari bahwa situs mereka telah disusupi.
http://www.gsn-soeki.com/wouw/
"Kami menduga mayoritas malware menyebar melalui infeksi situs, karena rata-rata komputer pengguna menyediakan lingkungan yang mendukung penyebaran malware," ujar Niels Provos yang memimpin penelitian tersebut.
Ia menambahkan, "Transaksi perbankan dan nomor kartu kredit misalnya, lebih banyak ditemukan di komputer-komputer pengguna daripada di server."
Sementara para penyedia software antivirus sulit menanggulanginya karena perkembangan malware yang sangat cepat. Untuk diketahui, satu kode jahat berganti 1.100 kali dalam kurun waktu lebih dari 12 bulan selama masa penelitian Google.
Graham Cluley, pakar dari perusahaan keamanan komputer Sophos mengungkap bahwa pengguna seharusnya melindungi diri mereka sendiri dengan memastikan bahwa antivirus yang digunakan selalu up to date. Cluley juga menambahkan, menurut penelitian perusahaannya, sebanyak 70 persen situs yang terinfeksi merupakan situs yang termasuk dapat dipercaya.
http://www.gsn-soeki.com
1. Untuk mendapat uang lebih banyak dan cepat, sebaiknya mengikuti beberapa program PTC. Makin banyak, makin bagus juga. Jangan kaget kalau ada yang bisa mendapat ratusan Dolar dari program ini dalam sebulan. List program PTC bisa dilihat di SINI.
2. Carilah referral (downline) sebanyak-banyaknya juga, yang bisa dilakukan lewat forum, buat blog, pasang iklan di situs iklan gratis, lewat milis (mailing list), promosi lewat e-mail & facebook (jangan spam atau ngejunk) dan sebagainya...
3. Fokuskan ke program PTC yang menghasilkan paling banyak dan kembangkan jaringannya. Sering-seringlah banyak browsing untuk mempelajari cara orang bermain PTC seperti trik 'membeli referral' dan 'upgrade ke account premium'.
4. Untuk mempercepat proses browsing iklan, bisa menggunakan browser seperti Avant browser & Mozilla yang bisa memblok gambar, video dan image. Pakai juga icon 'stop' atau ikon 'bertanda silang' untuk menghentikan proses loading pada situs yang kadang-kadang tampil agak lama. Untuk download browser, bisa dilakukan di SINI.
5. Buatlah account Paypal untuk mengikuti program PTC dari luar negeri, dan Anda harus punya rekening BCA untuk PTC lokal. Ikuti semua peraturan dan tata cara program PTC, dan jangan sekali-kali melakukan kecurangan.
6. Pastikan bahwa program PTC yang Anda ikuti akan membayar dengan mencari informasi di internet (lewat Google atau Yahoo!), kalau bisa disertai dengan bukti pembayaran (transfer).
7. Mengikuti program PTC harus sabar, memang pertama-tama uang yang Anda dapatkan memang kecil, tapi kalau Anda rajin dan banyak PTC yang diikuti, lama kelamaan uang yang Anda dapatkan akan semakin banyak. Target awal Anda adalah asal cukup untuk membantu membayar koneksi internet Anda saja. Banyak baca dan belajar juga merupakan kunci sukses di PTC.
sumber: www.ketok.com
Mesin cari seperti Google atau Yahoo menelusuri miliaran halaman web untuk mencari jawaban yang kira-kira sesuai dengan permintaan pemakainya.
Beda halnya dengan Wolfram Alpha yang dikatakan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pengguna dengan tepat.
Misalnya jika pengguna mengajukan pertanyaan 'Mengapa langit berwarna biru?' atau 'Berapa banyak tulang dalam tubuh manusia?', maka Wolfram Alpha diklaim dapat menjawabnya dengan akurat.
Jika tak ada kendala, Wolfram Alpha bakal diluncurkan di Mei 2009. Mampukah mesin cari ini menyaingi Google atau malah tumbang? Waktu yang bakal menjawab. (Vnunet/detik)
Seri Starter merupakan versi ekonomis yang dijual bersama dengan PC baru. Windows 7 seri ini hanya bisa menjalankan tiga aplikasi sekaligus, serupa dengan seri Starter Edition pada Windows generasi sebelumnya.
Microsoft akan menargetkan sistem operasi ringan itu bersama dengan penjualan netbook. Meskipun laptop kecil itu masih sanggup menjalankan versi lebih canggih dari Windows 7, tetapi seri Strater-lah yang akan diandalkan Microsoft untuk pengguna perangkat tersebut. Apa maksudnya?
Tampaknya Microsoft pada awalnya ingin membatasi kemampuan sistem operasi di netbook. Tujuannya agar pengguna yang ingin membutuhkan fitur yang lebih lengkap dapat mengupgradenya dan akhirnya menaikkan harga penjualan rata-rata (average selling price, ASP).
“Tantangan yang jelas bagi kami adalah untuk menaikkan ASP,” kata Chris Liddell, Chief Financial Officer Microsoft. “Kami melihat Windows 7 sebagai peluang. Kami menawarkan pengguna untuk melakukan upgrade, yang akan memberikan kami nilai yang serupa dengan apa yang biasanya kami dapat dari konsumen,” ucapnya.
Parri Munsell, Director of Consumer Product Management Microsoft menyatakan bahwa melakukan upgrade dari Windows 7 Starter ke versi yang lebih tinggi sangat mudah. Pasalnya, seluruh software yang dibutuhkan sebenarnya sudah tersedia di mesin yang bersangkutan. “Pengguna hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk mengubah versi Windowsnya ke versi lain,” ucap Munsell.
Dari informasi yang beredar, Windows 7 Starter akan dijual di harga 199,95 dolar AS. Versi Home seharga 259,95, Professional seharga 299,95, sedangkan Ultimate seharga 319,95 dolar AS. (TechReport/VIVAnews)